Selasa, 05 Maret 2013

Fluidisasi


I.            PENGERTIAN FLUIDISASI
      Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padat dengan fluida baik cair maupun gas. Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat seperti fluida dengan  viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel padat  berbentuk bola. Melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut unggun diam atau fixed bed. Keadaan fluidisasi unggun diam tersebut ditunjukkan pada Gambar 1a.







                              Gambar 1 Skema unggun diam dan unggun terfluidakan
Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini dapat dilihat pada Gambar 1b. Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus, perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastic pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.
        





                                     Gambar 2 Sifat Cairan dalam Unggun terfluidisasi

II.            FENOMENA – FENOMENA FLUIDISASI
Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada prose fluidisasi antara lain:
1.      Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1a.
2.      Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1b.
3.      Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4.      Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung –gelembung pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 4.





                              Gambar 4 Fenomena bubbling fluidization
5.      Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada kondisi ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 5.




                     Gambar 5 Fenomena slugging fluidization
6.      Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 6.





                                    Gambar 6 Fenomena chanelling fluidization
7.      Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 7.




                                   Gambar 7 Fenomena disperse fluidization
Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1. laju alir fluida dan jenis fluida
2. ukuran partikel dan bentuk partikel
3. jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
4. porositas unggun
5. distribusi aliran,
6. distribusi bentuk ukuran fluida
7. diameter kolom
8. tinggi unggun.
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Pada praktikum fluidisasi ini fluida yang digunakan adalah udara tekan. Butiran padat yang akan difluidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu bara, batu bata, pasir, dan sebagainya. Ukuran partikel juga divariasikan dengan melakukan pengayakan dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga divariasikan dengan menyampur partikel, baik yang berbeda ukuran maupun berbeda jenis. Selain itu variasi juga dapat dilakukan pada tinggi unggun. Dalam praktikum ini akan teramati fenomena-fenomena fluidisasi. Selama fluidisasi berlangsung juga dapat diamati kecepatan minimum fluidisasi secara visual. Dari hasil pengukuran tekanan dan laju alir fluida dibuat pula Kurva Karakteristik Fluidisasi. Karakteristik unggun terfluidakan digambarkan pada kurva karakteristik fluidisasi yang merupakan plot antara log U dan log ΔP. Persamaan yang digunakan adalah Persamaan Ergun dan Persamaan Wen Yu.

III.            EVALUASI PARAMETER-PARAMETER DALAM PERISTIWA FLUIDISASI
1.      Densitas Partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang tidak menyerap air atau zat cair lain bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedangkan untuk partikel berpori, cara di atas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau cairan akan memasuki pori-pori di dalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel (berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan di dalam persamaan-persamaan yang ditulis di muka, tetapi densitas bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori di dalamnya). Untuk partikel-partikel yang demikian, ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu dengan memakai metoda yang diturunkan Ergun.
2.      Bentuk Partikel
Didalam persamaan-persamaan yang telah diturunkan sebelumnya partikelpartikel padatnya dianggap sebagai butiran-butiran yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel-partikel yang mempunyai bentuk lain, harus diadakansuatu koreksi yang menyatakan bentuk sebenarnya partikel yang ditinjau. Faktor koreksi ini disebut sebagai faktor bentuk atau derajat kebolaan suatu partikel yang didefinisikan sebagai:


Derajat kebolaan (θs) bisa dipakai langsung dalam persamaan-persamaan terdahulu dengan mengganti dp menjadi θs.dp, sehingga persamaan Ergun dapat ditulis menjadi:


dimana θs = 1 untuk partikel berbentuk bola
             θs < 1 untuk partikel berbentuk bola
3.      Diameter Partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan.
4.      Porositas Unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang secara matematik bisa ditulis sebagai berikut:


dimana ε = porositas unggun
            Vu = volume unggun
            Vp = volume partikel
Harga porositas unggun ini sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri butiran padat yang membentuk unggun tersebut, atau dengan perkataan lain, porositas unggun merupakan fungsi dari faktor bentuk atau derajat kebolaan partikel-partikelnya. Salah satu hasil eksperimen yang menggambarkan pengaruh derajat kebolaan terhadap porositas unggun diberikan oleh Brown.

IV.            HILANG TEKAN (PRESSURE DROP)
Aspek utama yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui besarnya hilang tekan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.

1.      Hilang Tekan Dalam Unggun Diam
Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubungan antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris dengan menggunakan bilangan-bilangan yang tak berdimensi. Untuk aliran laminer dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh “Viscous Loses”, Blake memberikan hubungan sebagai berikut:
 .........(1)
Dimana:           ∆P       = Kehilangan tekanan per satuan panjang atau tinggi ukuran
             gc       = Faktor konversi
             µ         = Viskositas fluida
             ε         = Porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang kosong di dalam unggun dengan volume unggunnya
             U        = Kecepatan alir superfisial fluida
             s          = Luas permukaan spesifik partikel
            Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun), dihitung berdasarkan korelasi berikut:
 .........(2)
Sehingga persamaan (1) menjadi:
.........(3)
atau,  .........(4)
            Persamaan (4) ini kemudian diturunkan lagi oleh Konzeng dengan mengamsusikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekivalen dengan satu kumpulan saluran-saluran lurus yang paralel yang mempunyai luas permukaan dalam total dan volume total masing-masing sama dengan luas permukaan luar partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta k’ yang diperoleh beberapa peneliti sedikit berbeda, sepertti misalnya:
Konzeng                      (1927)  k’= 150
Carman                        (1937)  k’= 180
US Bureaunof Mines  (1951) k’= 200
Untuk aliren turbulen, persamaan (4) tidak bisa dipergunakan lagi, sehingga Ergun (1952) kemudian menurunkan rumus lain dimana keholangan tekanan digambarkan sebagai gabungan dari “Viscous Losses” dan “Kinetic Energy Losses”.
.........(5)
Viscous Losses            Kinetic Energy Losses
Dimana: k1      = 150
               k2        = 1,75
Pada keadaan ekstrim, yaitu:
a.       Aliran laminer (Re=20), sehingga term II bisa diabaikan
b.      Aliran turbulen (Re=1000), sehingga term I bisa diabaikan

2.      Hilang Tekan Dalam Unggun Terfluidisasikan (Fluidized Bed)
            Untuk unggun terfluidisasikan persamaan yang menggambarkan ∆P/L dan U yang biasanya digunakan adalah persamaan Ergun, yaitu:
....(6)
Dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidisasikan. Pada keadaan ini dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida, akan terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya apung dari fluida di sekelilingnya.
Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel – gaya apung
Atau:
[kehilangan tekanan pada unggun][Luas penampang]=[volume unggun][densitas zat padat – densitas fluida]
[∆P][A]           = [A.t][1-εf][ρpp] g/gc          .....(7)
        = ][1-εf][ρpp] g/gc                 .....(8)
V.            KECEPATAN MINIMUM FLUIDISASI
Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan superficial fluida minimum dimana fluida mulai terjadi. Harga Umbisa diperoleh dengan mengkombinasikan persamaan (6) dengan persamaan (8)
18
VI.            KARAKTERISTIK UNGGUN TERFLUIDISASIKAN
Karakter unggun terfluidisasikan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik antara penurunan tekanan (∆P) dan kecepatan superfisial fluida (U). Untuk keadaan yang ideal, kurva hubungan ini berbentuk seperti dalam gambar 8
19



                        Gambar 8. Kurva Karakteristik Fluidisasi Ideal
Keterangan:
Garis AB : menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam
Garis BC : menunjukkan keadaan dimana unggun telah terfluidakan
Garis DE: menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam pada waktu kita menurunkan kecepatan air fluida . Harga penurunan tekanan untuk kecepatan aliran fluida tertentu, sedikit lebih rendah daripada harga penurunan tekanan pada saat awal operasi. Penyimpangan dari keadaan ideal:
1.      Interlock
      Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret dengan berat partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci satu dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (ΔP) sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada Gambar 9, terjadi pada awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun tetap menjadi unggun terfluidakan.
2.      Fluidisasi heterogen (aggregative fluidization)
      Jenis penyimpangan yang lain adalah kalau pada saat fluidisasi partikel-partikel padat tidak terpisah-pisah secara sempurna tetapi berkelompok membentuk suatu agregat. Keadaan yang seperti ini disebut sebagai fluidisasi heterogen atau aggregative fluidization. Tiga jenis fluidisasi heterogen yang biasa terjadi adalah karena timbulnya:
a. penggelembungan (bubbling)
b. penorakan (slugging)
c. saluran-saluran fluida yang terpisahkan (chanelling)









Gambar 9 Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock20


                                           Gambar 10. Tiga jenis fluidisasi heterogen
a.       Bubbling
Dimana saat fluidisasi terjadi di kolom fluidisasi, pada permukaan unggun padat terjadi ledakan-ledakan kecil (gelembung-gelembung pecah pada permukaan unggun padat)
b.      Slugging
Pada saat fluidisasi terjadi di dalam kolom fluidisasi, pada permukaan partikel unggun padat terjadi ledakan-ledakan kecil menyerupai payung, tetapi letaknya tidak beraturan (berpindah tempat)
c.       Channeling
Pada saat fluidisasi terjadi dalam kolom fluidisasi, pada permukaan unggun padat terjadi ledakan-ledakan kecil menyerupai payung, teatpi letaknya tetap.

VII.            KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLUIDISASI
a.       Keuntungan fluidized bed
1.      Kebocoran seperti pada aliaran  cairan dan partikel-partikel memberikan kontrol secara kontinyu.
2.      Kecepatan pencampuran solid mendekati kondisi isothermal, tekanan melalui reaktor dimana operasi dapat dikontroldengan mudah.
3.      Sirkulasi solid oleh fluidized bed membuatnya mungkin untuk transportasi dengan jumlah yang sangat banyak.
b.      Kerugian fluidized bed
1.      Sulit menggambarkan aliran gas dengan deviasi besar dari sumber aliran dan dengan passing dari solute dan gelembung-gelembung menyebabkan tidak efisiennya sistem kontak. Hal ini menjadi serius bila konversi tinggi dan reaktan-reaktan dibutuhkan.
2.      Kecepatan penguapan solid dalam uniformnya. Waktu tinggal solid ini memberikan konversi lebih efektif dengan kata lain untuk mengerjakan solid secara batch. Pencampuran ini menolong karena memberikan produk solid seragam untuk reaksi-reaksi katalitik.
3.      Erosi pipa dan tempat abrasi partikel.
4.      Untuk pengoperasian luas katalitik pada tempat operasi yang berpengaruh terhadap kecepatan reaksi.

VIII.            PENGGUNAAN PROSES FLUIDISASI DALAM INDUSTRI
1.      Operasi Secara Fisik (Physical Operation), seperti:
a.       Transportasi: Sifat fluidisasi pada fluidized bed juga merupakan sifat yang sama dengan cairan dan sifat ini sangat efektif digunakan untuk alat transportasi dari bubuk padatan.
b.      Heat Exchanger (HE): Fluidized bed dapat digunakan untuk HE operasi fisik dan kimia kareana kemampuannya untuk mempercepat perpindahan panas dan menjaga suhu menjadi konstan dengan ditunjukkan sebagian kecil dari bermacam penggunaan dalam lingkup ini.
c.       Adsorpsi: Proses adsorpsi multistages fluid chart untuk pemisahan dan pemurnian kembali komponen gas.
2.      Operasi Secara Kimia
Contoh: Reaksi gas dengan katalis padat dan reaksi padat dengan gas.

IX.            APLIKASI FLUIDISASI DALAM INDUSTRI
a.       Gasifikasi : batubara
b.      Transportasi
      Fluidisasi dapat terfluidisasikan sama seperti cairan, sifat ini digunakan untuk transportasi padat berupa serbuk.
c.       Pencampuran bubuk halus (dengan ukuran partikel berlainan)
d.      HE
e.       Pelapisan bahan peledak pada permukaan logam
f.       Drying dan sizeing

X.            INDUSTRI YANG MENGGUNAKAN METODA FLUIDISASI
Beberapa Industry yang menggunakan metoda fluidisasi adalah :
1.      Proses desulfurisasi batubara
Proses desulfurisasi batubara Tondongkurah, Sulawesi Selatan telah dilakukan dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida yang diencerkan dalam asam sulfat berkonsentrasi 0,1 N. Percobaan desulfurisasi tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan kolom fluidisasi yang mempunyai ukuran panjang 80 cm dengan diameter 3,5 cm. Kolom dihubungkan dengan sebuah pompa sirkulasi yang mampu memberikan suplai larutan dengan jumlah aliran yang diatur sebesar 100 cc per menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa proses selama 2 jam dengan mempergunakan kolom tersebut mampu mengurangi 13,9 persen jumlah sulfur yang terdapat di dalam batubara Tondongkurah yang berukuran (-14+20) mesh. Perpanjangan waktu sirkulasi larutan hidrogen peroksida dari 2 jam menjadi 6 jam mampu meningkatkan jumlah pengurangan sulfur menjadi sebesar 42,3 persen. Hasil percobaan lainnya menunjukkan bahwa perkecilan ukuran partikel batubara dari (-14+20) mesh menjadi (-20+48) mesh mampu meningkatkan angka tersebut. Pada percobaan desulfurisasi dengan ukuran batubara (-20+48) mesh selama 2 jam, jumlah pengurangan sulfur adalah 19,6 persen. Demikian pula, apabila waktu sirkulasi dinaikkan menjadi 6 jam pengurangan sulfur meningkat menjadi 48,9 persen.

      Percobaan gasifikasi dilakukan terhadap contoh batubara Indonesia dengan menggunakan reactor gasifikasi sistem unggun terfluidisasi digunakan batubara ukuran halus (-48 + 65 mesh). Gas pereaksi masuk melalui plat distributor untuk mengangkat batubara dan pasir silica sebagai unggun material dalam zona reaksi sehingga unggun terfluidisasi dan terjadi proses pencampuran yang sempurna antara gas pereaksi dan batubara. Pada kondisi fluidisasi suhu dalam reactor lebih merata dibanding dengan reaktor sistem unggun tetap. Suhu reaktor sistem unggun fluidisasi adalah 900oC. Gas hasil gasifikasi yang disebut gas sintetis (syngas) dilakukan pemurnian dengan alat cyclone, condenser dan scrubber. Sesudah syngas dimurnikan kemudian dianalisa komposisinya dengan menggunakan gas chromatography (GC).
 I.            PENGERTIAN FLUIDISASI
      Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padat dengan fluida baik cair maupun gas. Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat seperti fluida dengan  viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel padat  berbentuk bola. Melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut unggun diam atau fixed bed. Keadaan fluidisasi unggun diam tersebut ditunjukkan pada Gambar 1a.







                              Gambar 1 Skema unggun diam dan unggun terfluidakan
Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini dapat dilihat pada Gambar 1b. Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus, perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastic pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.
        





                                     Gambar 2 Sifat Cairan dalam Unggun terfluidisasi

II.            FENOMENA – FENOMENA FLUIDISASI
Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada prose fluidisasi antara lain:
1.      Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1a.
2.      Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1b.
3.      Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4.      Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung –gelembung pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 4.





                              Gambar 4 Fenomena bubbling fluidization
5.      Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada kondisi ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 5.




                     Gambar 5 Fenomena slugging fluidization
6.      Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 6.





                                    Gambar 6 Fenomena chanelling fluidization
7.      Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 7.




                                   Gambar 7 Fenomena disperse fluidization
Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1. laju alir fluida dan jenis fluida
2. ukuran partikel dan bentuk partikel
3. jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
4. porositas unggun
5. distribusi aliran,
6. distribusi bentuk ukuran fluida
7. diameter kolom
8. tinggi unggun.
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Pada praktikum fluidisasi ini fluida yang digunakan adalah udara tekan. Butiran padat yang akan difluidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu bara, batu bata, pasir, dan sebagainya. Ukuran partikel juga divariasikan dengan melakukan pengayakan dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga divariasikan dengan menyampur partikel, baik yang berbeda ukuran maupun berbeda jenis. Selain itu variasi juga dapat dilakukan pada tinggi unggun. Dalam praktikum ini akan teramati fenomena-fenomena fluidisasi. Selama fluidisasi berlangsung juga dapat diamati kecepatan minimum fluidisasi secara visual. Dari hasil pengukuran tekanan dan laju alir fluida dibuat pula Kurva Karakteristik Fluidisasi. Karakteristik unggun terfluidakan digambarkan pada kurva karakteristik fluidisasi yang merupakan plot antara log U dan log ΔP. Persamaan yang digunakan adalah Persamaan Ergun dan Persamaan Wen Yu.

III.            EVALUASI PARAMETER-PARAMETER DALAM PERISTIWA FLUIDISASI
1.      Densitas Partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang tidak menyerap air atau zat cair lain bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedangkan untuk partikel berpori, cara di atas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau cairan akan memasuki pori-pori di dalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel (berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan di dalam persamaan-persamaan yang ditulis di muka, tetapi densitas bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori di dalamnya). Untuk partikel-partikel yang demikian, ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu dengan memakai metoda yang diturunkan Ergun.
2.      Bentuk Partikel
Didalam persamaan-persamaan yang telah diturunkan sebelumnya partikelpartikel padatnya dianggap sebagai butiran-butiran yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel-partikel yang mempunyai bentuk lain, harus diadakansuatu koreksi yang menyatakan bentuk sebenarnya partikel yang ditinjau. Faktor koreksi ini disebut sebagai faktor bentuk atau derajat kebolaan suatu partikel yang didefinisikan sebagai:


Derajat kebolaan (θs) bisa dipakai langsung dalam persamaan-persamaan terdahulu dengan mengganti dp menjadi θs.dp, sehingga persamaan Ergun dapat ditulis menjadi:


dimana θs = 1 untuk partikel berbentuk bola
             θs < 1 untuk partikel berbentuk bola
3.      Diameter Partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan.
4.      Porositas Unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang secara matematik bisa ditulis sebagai berikut:


dimana ε = porositas unggun
            Vu = volume unggun
            Vp = volume partikel
Harga porositas unggun ini sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri butiran padat yang membentuk unggun tersebut, atau dengan perkataan lain, porositas unggun merupakan fungsi dari faktor bentuk atau derajat kebolaan partikel-partikelnya. Salah satu hasil eksperimen yang menggambarkan pengaruh derajat kebolaan terhadap porositas unggun diberikan oleh Brown.

IV.            HILANG TEKAN (PRESSURE DROP)
Aspek utama yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui besarnya hilang tekan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.

1.      Hilang Tekan Dalam Unggun Diam
Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubungan antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris dengan menggunakan bilangan-bilangan yang tak berdimensi. Untuk aliran laminer dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh “Viscous Loses”, Blake memberikan hubungan sebagai berikut:
 .........(1)
Dimana:           ∆P       = Kehilangan tekanan per satuan panjang atau tinggi ukuran
             gc       = Faktor konversi
             µ         = Viskositas fluida
             ε         = Porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang kosong di dalam unggun dengan volume unggunnya
             U        = Kecepatan alir superfisial fluida
             s          = Luas permukaan spesifik partikel
            Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun), dihitung berdasarkan korelasi berikut:
 .........(2)
Sehingga persamaan (1) menjadi:
.........(3)
atau,  .........(4)
            Persamaan (4) ini kemudian diturunkan lagi oleh Konzeng dengan mengamsusikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekivalen dengan satu kumpulan saluran-saluran lurus yang paralel yang mempunyai luas permukaan dalam total dan volume total masing-masing sama dengan luas permukaan luar partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta k’ yang diperoleh beberapa peneliti sedikit berbeda, sepertti misalnya:
Konzeng                      (1927)  k’= 150
Carman                        (1937)  k’= 180
US Bureaunof Mines  (1951) k’= 200
Untuk aliren turbulen, persamaan (4) tidak bisa dipergunakan lagi, sehingga Ergun (1952) kemudian menurunkan rumus lain dimana keholangan tekanan digambarkan sebagai gabungan dari “Viscous Losses” dan “Kinetic Energy Losses”.
.........(5)
Viscous Losses            Kinetic Energy Losses
Dimana: k1      = 150
               k2        = 1,75
Pada keadaan ekstrim, yaitu:
a.       Aliran laminer (Re=20), sehingga term II bisa diabaikan
b.      Aliran turbulen (Re=1000), sehingga term I bisa diabaikan

2.      Hilang Tekan Dalam Unggun Terfluidisasikan (Fluidized Bed)
            Untuk unggun terfluidisasikan persamaan yang menggambarkan ∆P/L dan U yang biasanya digunakan adalah persamaan Ergun, yaitu:
....(6)
Dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidisasikan. Pada keadaan ini dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida, akan terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya apung dari fluida di sekelilingnya.
Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel – gaya apung
Atau:
[kehilangan tekanan pada unggun][Luas penampang]=[volume unggun][densitas zat padat – densitas fluida]
[∆P][A]           = [A.t][1-εf][ρpp] g/gc          .....(7)
        = ][1-εf][ρpp] g/gc                 .....(8)
V.            KECEPATAN MINIMUM FLUIDISASI
Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan superficial fluida minimum dimana fluida mulai terjadi. Harga Umbisa diperoleh dengan mengkombinasikan persamaan (6) dengan persamaan (8)
18
VI.            KARAKTERISTIK UNGGUN TERFLUIDISASIKAN
Karakter unggun terfluidisasikan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik antara penurunan tekanan (∆P) dan kecepatan superfisial fluida (U). Untuk keadaan yang ideal, kurva hubungan ini berbentuk seperti dalam gambar 8
19



                        Gambar 8. Kurva Karakteristik Fluidisasi Ideal
Keterangan:
Garis AB : menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam
Garis BC : menunjukkan keadaan dimana unggun telah terfluidakan
Garis DE: menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam pada waktu kita menurunkan kecepatan air fluida . Harga penurunan tekanan untuk kecepatan aliran fluida tertentu, sedikit lebih rendah daripada harga penurunan tekanan pada saat awal operasi. Penyimpangan dari keadaan ideal:
1.      Interlock
      Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret dengan berat partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci satu dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (ΔP) sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada Gambar 9, terjadi pada awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun tetap menjadi unggun terfluidakan.
2.      Fluidisasi heterogen (aggregative fluidization)
      Jenis penyimpangan yang lain adalah kalau pada saat fluidisasi partikel-partikel padat tidak terpisah-pisah secara sempurna tetapi berkelompok membentuk suatu agregat. Keadaan yang seperti ini disebut sebagai fluidisasi heterogen atau aggregative fluidization. Tiga jenis fluidisasi heterogen yang biasa terjadi adalah karena timbulnya:
a. penggelembungan (bubbling)
b. penorakan (slugging)
c. saluran-saluran fluida yang terpisahkan (chanelling)









Gambar 9 Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock20


                                           Gambar 10. Tiga jenis fluidisasi heterogen
a.       Bubbling
Dimana saat fluidisasi terjadi di kolom fluidisasi, pada permukaan unggun padat terjadi ledakan-ledakan kecil (gelembung-gelembung pecah pada permukaan unggun padat)
b.      Slugging
Pada saat fluidisasi terjadi di dalam kolom fluidisasi, pada permukaan partikel unggun padat terjadi ledakan-ledakan kecil menyerupai payung, tetapi letaknya tidak beraturan (berpindah tempat)
c.       Channeling
Pada saat fluidisasi terjadi dalam kolom fluidisasi, pada permukaan unggun padat terjadi ledakan-ledakan kecil menyerupai payung, teatpi letaknya tetap.

VII.            KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLUIDISASI
a.       Keuntungan fluidized bed
1.      Kebocoran seperti pada aliaran  cairan dan partikel-partikel memberikan kontrol secara kontinyu.
2.      Kecepatan pencampuran solid mendekati kondisi isothermal, tekanan melalui reaktor dimana operasi dapat dikontroldengan mudah.
3.      Sirkulasi solid oleh fluidized bed membuatnya mungkin untuk transportasi dengan jumlah yang sangat banyak.
b.      Kerugian fluidized bed
1.      Sulit menggambarkan aliran gas dengan deviasi besar dari sumber aliran dan dengan passing dari solute dan gelembung-gelembung menyebabkan tidak efisiennya sistem kontak. Hal ini menjadi serius bila konversi tinggi dan reaktan-reaktan dibutuhkan.
2.      Kecepatan penguapan solid dalam uniformnya. Waktu tinggal solid ini memberikan konversi lebih efektif dengan kata lain untuk mengerjakan solid secara batch. Pencampuran ini menolong karena memberikan produk solid seragam untuk reaksi-reaksi katalitik.
3.      Erosi pipa dan tempat abrasi partikel.
4.      Untuk pengoperasian luas katalitik pada tempat operasi yang berpengaruh terhadap kecepatan reaksi.

VIII.            PENGGUNAAN PROSES FLUIDISASI DALAM INDUSTRI
1.      Operasi Secara Fisik (Physical Operation), seperti:
a.       Transportasi: Sifat fluidisasi pada fluidized bed juga merupakan sifat yang sama dengan cairan dan sifat ini sangat efektif digunakan untuk alat transportasi dari bubuk padatan.
b.      Heat Exchanger (HE): Fluidized bed dapat digunakan untuk HE operasi fisik dan kimia kareana kemampuannya untuk mempercepat perpindahan panas dan menjaga suhu menjadi konstan dengan ditunjukkan sebagian kecil dari bermacam penggunaan dalam lingkup ini.
c.       Adsorpsi: Proses adsorpsi multistages fluid chart untuk pemisahan dan pemurnian kembali komponen gas.
2.      Operasi Secara Kimia
Contoh: Reaksi gas dengan katalis padat dan reaksi padat dengan gas.

IX.            APLIKASI FLUIDISASI DALAM INDUSTRI
a.       Gasifikasi : batubara
b.      Transportasi
      Fluidisasi dapat terfluidisasikan sama seperti cairan, sifat ini digunakan untuk transportasi padat berupa serbuk.
c.       Pencampuran bubuk halus (dengan ukuran partikel berlainan)
d.      HE
e.       Pelapisan bahan peledak pada permukaan logam
f.       Drying dan sizeing

X.            INDUSTRI YANG MENGGUNAKAN METODA FLUIDISASI
Beberapa Industry yang menggunakan metoda fluidisasi adalah :
1.      Proses desulfurisasi batubara
Proses desulfurisasi batubara Tondongkurah, Sulawesi Selatan telah dilakukan dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida yang diencerkan dalam asam sulfat berkonsentrasi 0,1 N. Percobaan desulfurisasi tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan kolom fluidisasi yang mempunyai ukuran panjang 80 cm dengan diameter 3,5 cm. Kolom dihubungkan dengan sebuah pompa sirkulasi yang mampu memberikan suplai larutan dengan jumlah aliran yang diatur sebesar 100 cc per menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa proses selama 2 jam dengan mempergunakan kolom tersebut mampu mengurangi 13,9 persen jumlah sulfur yang terdapat di dalam batubara Tondongkurah yang berukuran (-14+20) mesh. Perpanjangan waktu sirkulasi larutan hidrogen peroksida dari 2 jam menjadi 6 jam mampu meningkatkan jumlah pengurangan sulfur menjadi sebesar 42,3 persen. Hasil percobaan lainnya menunjukkan bahwa perkecilan ukuran partikel batubara dari (-14+20) mesh menjadi (-20+48) mesh mampu meningkatkan angka tersebut. Pada percobaan desulfurisasi dengan ukuran batubara (-20+48) mesh selama 2 jam, jumlah pengurangan sulfur adalah 19,6 persen. Demikian pula, apabila waktu sirkulasi dinaikkan menjadi 6 jam pengurangan sulfur meningkat menjadi 48,9 persen.

      Percobaan gasifikasi dilakukan terhadap contoh batubara Indonesia dengan menggunakan reactor gasifikasi sistem unggun terfluidisasi digunakan batubara ukuran halus (-48 + 65 mesh). Gas pereaksi masuk melalui plat distributor untuk mengangkat batubara dan pasir silica sebagai unggun material dalam zona reaksi sehingga unggun terfluidisasi dan terjadi proses pencampuran yang sempurna antara gas pereaksi dan batubara. Pada kondisi fluidisasi suhu dalam reactor lebih merata dibanding dengan reaktor sistem unggun tetap. Suhu reaktor sistem unggun fluidisasi adalah 900oC. Gas hasil gasifikasi yang disebut gas sintetis (syngas) dilakukan pemurnian dengan alat cyclone, condenser dan scrubber. Sesudah syngas dimurnikan kemudian dianalisa komposisinya dengan menggunakan gas chromatography (GC).

Template by:
Free Blog Templates